Peran CMO sebagai marketing aplikasi dengan analis kredit tentu sangat berbeda jika dibandingkan peran sales representatif dealer yang hanya mengejar customer sebanyak-banyaknya agar mau membeli mobil melalui dealernya. Prinsip kerja CMO yang tidak hanya mengejar customer sebanyak-banyaknya tetapi juga menjaga agar account customer yang disetujui melaluinya harus bagus, lancar dan tidak terlambat hingga akhir masa kontrak. Artinya CMO harus mendapatkan customer yang benar-benar memiliki track record kredit yang bagus dan menguntungkan bagi perusahaan. Karena disanalah penilaian performance dan prestasi kerja seorang CMO. Selain dtuntut untuk mendapatkan aplikasi nasabah yang harus melampaui jumlah target aplikasi setiap bulan berdasarkan grade atau tingkatan jabatannya.
Kewajiban ganda seorang CMO untuk mencari aplikasi yang berkualitas bagus dan kuantitas yang banyak menjadikan beban kerja seorang CMO juga bertambah setiap bulannya, selain menjaga tempo angsuran customer bawaannya dengan tugas mencari customer baru yang lebih bagus lagi dengan target prosentasi FID (First Installment default) 01 dan FID 06 Seminimal mungkin. FID yang berarti keterlambatan angsuran bulan-bulan awal akibat kesalahan analisis kredit saat survey menjadi momok menakutkan bagi setiap CMO perusahaan finance manapun. FID 01 berarti angsuran petama dan FID 06 angsuran dalam rentang bulan pertama menjadi ujian sesungguhnya kevaidan dan kecermatan CMO dalam bekerja sekaligus menjadi indikator utama performance dan prestasi kerja CMO. Semakin minim masalah angsuran FID semakin bagus performance kerjanya. Sebaliknya semakin banyak kredit macet nasabahnya, bagian audit internal akan menelurusi dan mengklarifikasi masalah yang timbul. Jika kesalahannya fatal maka sanksi PHK sudah didepan mata, sanksi ringan mungkin hanya teguran lisan atau surat peringatan pertama (SP 1).
Tuntutan kerja yang lebih berat dan penuh tekanan dari atasan maupun bagian collection yang selalu mempertanyakan kredit macet nasabahnya membuat karir seorang CMO rata-rata tidak lama bahkan tergolong singkat dibandingkan dengan bagian lainnya,seperti bagian operation (teller,CSO,input data,staff pencairan dan asset control) serta collection. Karir yang singkat tetapi gaji yang didapat cukup besar dibanding bagian lainnya. Belum ditambah komisi di luar gaji yang diterima dari perusahaan. Disinilah daya tarik profesi CMO, di satu sisi harus bekerja profesional tapi disisi lain godaan dari pihak sales dealer atau makelar showroom dan customer berupa “komisi approval” tidak dapat dihindarkan. Aturan perusahaan tentu jelas melarang penerimaan uang, barang atau segala pemberian dari pihak ketiga yang dapat mempengaruhi independensi dan profesionalisme kerja CMO.
Kondisi di lapangan memang selalu berbeda dan perlu kompromi canggih untuk menyelesaikannya. Bagi seorang CMO konservatif dan berpikir linier pasti segera menolak dengan tegas. Biasanya mereka baru masuk dalam dunia leasing dan sementara menjaga reputasi diri. Berbeda dengan CMO senior yang berpengalaman ratusan kali survey menghadapi kondisi seperti itu integritas diri bisa disimpan dulu di tas, fokusnya bagaimana pihak dealer dan customer puas dan cepat memperlancar pengajuannya. Yang terpenting urusan beres, meskipun tidak ada jaminan besok nasabah akan mengemplang dan bermasalah di kemudian hari. Dalam urusan komisi atau uang bensin sebenarnya bagi kepala cabang atau manager marketing atasan langsung CMO sudah lebih tahu dan paham harus bagaimana, karena memang mereka juga awal karirnya seorang CMO yang berhadapan dengan dilema kerja antara integritas mutlak atau sesekali berkompromi dengan pihak luar.
bagaimna menurut anda?,apakah CMO atau sales diler lebih enak?,berikan komentarmu?
Dilematis mmg jadi cmo sementara kt di tuntut utk menjual bxk tp tetap menjaga kualitas n disisi lain kompetitor semakin bxk
ReplyDelete