Tuesday, April 21, 2015

STORY OF CMO :BEHIND THE SCENE

ANTARA INTEGRITAS VS RELATIONSHIP
Sumber gambar : kaskus.com Dulu sebelum penulis terjun dalam industri finance dan leasing otomotif, suatu ketika dalam sesion wawancara pertama. Sang pewawancara menanyakan salah satu pertanyaan fundamental dalam dunia kerja. “apakah faktor yang paling dibutuhkan oleh perusahaan dalam mewujudkan perusahaan semakin berkembang pesat dari calon karyawannya? Tanya pewawancara mengawali interogasinya. Secara spontan penulis teringat dengan istilah “integritas”, mendengar jawaban itu secara cepat penulis memberi alasan mengenai unsur tersebut. Integritas adalah nyawa yang berharga bagi kelangsungan perusahaan. Maju mundurnya perusahaan tergantung tingkat integritas dan komitmennya karyawan dalam bekerja sebagai aset berharga perusahaan. Entah mungkin karena faktor jawaban integritas,seminggu kemudian penulis dipanggil kembali lolos untuk tahap wawancara selanjutnya. Pada dasarnya semua perusahaan tentu sepakat dengan kriteria karyawan terbaik dan ideal adalah kejujuran dalam bekerja (integritas).Meskipun dalam realitasnya kejujuran secara mutlak itu tidak mudah dipraktikan. Ada suatu kondisi dan situasi tertentu ketika kejujuran karyawan harus berhadapan unsur relationsip secara riil. Jalan yang harus dipilih adalah berkompromi sehingga menghasilkan kesepakatan win-win solution atau bahasa yang yang dikenal yaitu kejujuran modifikatif. Maksudnya membahasakan kebenaran agar menyesuaikan dengan kondisi lapangan yang saling menguntungkan kedua belah pihak antara pihak perusahaan dengan mitra bisnisnya. Hal itu dilakukan untuk menjaga hubungan bisnis (relationship) dengan partner agar tidak terjadi kesalahpahaman dan menghindari konflik sehingga terjalin secara harmonis dan selaras. Menurut pengalaman pribadi,penulis menyebut prinsip hidup ini dengan prinsip hidup egaliter. Secara idealis bolehlah faktor integritas pada perusahaan paling utama dibandingkan relationship bagi sebagian perusahaan. Tetapi realitas akan selalu bertabrakan dengan prinsip ini jika tidak dikelola secara elegan dan cerdas, karna yang terpenting bagi perusahaan adalah tetap menghasilkan profit atau saling menguntungkan bagi kedua bela pihak. Jadi intinya tidak merugikan perusahaan adanya toleransi kejujuran tersebut. Perdebatan tentang kejujuran dan relationship tidaklah seekstrim yang dibayangkan orang, bahwa kejujuran penting adalah harga mati tapi tidak serta merta memutus hubungan harmonis yang lama dibina. Jadi ada sikap segan untuk memperpanjang masalah jika terjadi kebohongan atau ketidakpatutan terhadap prosedur atau aturan perusahaan. Toh prosedur dibuat untuk membatasi aturan main agar perusahaan dapat berkembang tanpa ada masalah yang bakal menghabat kemajuannya. Hanya karena kekakuan dalam bekerja atau sikap yang monoton. Justru sikap yang terbuka dengan perubahan, adaptif dengan kondisi yang baru dan menuntut perubahan prosedur kerja bukanlah suatu kesalahan atau dosa. Karena memang sebuah aturan main atau prosedur perusahaan dirancang untuk memenuhi kebutuhan bisnis yang dinamis, cepat dan di luar dugaan. Oleh karena itu membincangkan integritas bagi CMO pragmatis adalah hal sederhana, semua akan luntur jika berhadapan dengan uang dan relationship, sebaliknya bagi CMO idealis-konservatif persoalan integritas perlu direnungkan secara mendalam mengenai makna bekerja demi idealisme pribadi atau komitmen pada perusahaan. Menurut CMO berorientasi karir, terlalu murah jika integritas ditukar atau digadaikan dengan relationship ataupun uang. Artinya jika integritas seorang CMO berharga 1 juta atau 300 ribu komisi maka hal itu berarti setara dengan nilai harga dirinya sebagai manusia. Itu penilaian paling keras sekaligus ekstrim bagi CMO pragmatis.

No comments:

Post a Comment