BERBAGI INSPIRASI PERSPEKTIF SOAL KARIR
Kisah dibalik dunia kerja,dunia bisnis dan karir profesional seorang anak manusia
Thursday, August 15, 2019
SALES ANTARA APLIKASI DAGING DAN SUPLEMEN VITAMIN
Sunday, July 7, 2019
SISI GELAP DILER DI MATA FINANCE
Wednesday, July 3, 2019
CRASH SALES : APLIKASI BUSUK VS APLIKASI DAGING
Perbedaan tujuan bisnis antara finance atau leasing dengan dealer yang dapat dikatakan berkebalikan atau bersebrangan itu menjadi sumber konflik yang sering menimbulkan crash antara kedua belah pihak. Gara-gara seringnya aplikasi yang ditolak dengan alasan “tidak berani”, status customer yang termasuk “bad customer”, besarnya DP atau pencairan Pokok Hutang (PH) khusus pada mobil bekas yang tidak sesuai aturan standar minimal perusahaan. Terkadang alasan-alasan kasuistik yang dianggap intens oleh dealer yang cukup lama berkerja sama mengakibatkan dealer sakit hati, kecewa berat dan keengganan untuk mengajukan kembali aplikasi karena menurut pengalaman aplikasi sebelumnya selalu ditolak dengan beragam alasan, begitu pikir makelar atau owner showroom menyikapi tingkah leasing yang sok tidak butuh aplikasi.
Padahal dealer tahu persis bahwa ketika terdapat satu aplikasi yang masuk daftar hitam customer, kemudian dalam kurun waktu tertentu banyak kasus kredit macet berasal dari dealernya akan berakibat perusahaan finance atau leasing akan menjauh dan kebanyakan trauma dengan aplikasi yang baru diajukan dengan track record delaer yang menjadi sumber aplikasi busuk tersebut. Jelas tidak bisa dipungkiri sedekat atau seakrab hubungan kedua pimpinan dealer dan leasing akan menimbulkan masalah jika banyak kasus kredit macet yang muncul. Selain itu, jelas dealer akan merasa tidak enak jika memasukan aplikasi busuk meskipun prosentasenya kecil. Finance bukanlah perusahaan kacangan yang mudah dikibuli atau ditipu dengan aplikasi-aplikasi busuk.
Perusahaan finance akan belajar untuk benar-benar hati-hati dalam menerima dan memverifikasi pengajuan dealer-dealer nakal untuk menghindari jebakan yang sama pada aplikasi sebelumnya. Kurangnya komunikasi dalam proses verifikasi dokumen dan prosedur kerja setiap leasing dengan update aturan marketing yang selalu baru dan berkembang berdasarkan kasus-kasus yang dihadapi di pasar atau lapangan berakibat fatal terhadap disharmonisasi antara leasing dan dealer. Tidak jarang hanya karena satu kasus customer yang bermasalah atau perhitungan refund dealer yang tidak transparan berakibat rusaknya hubungan. Hal ini pernah dialami hampir semua perusahaan finance atau dealer dimanapun. Untuk menormalkan kembali hubungan yang jika terjadi hampir tidak ada aplikasi yang masuk melalui sales atau makelarnya diperlukan waktu yang cukup lama bahkan bila dimungkinkan pimpinan kantor cabang diganti secara total untuk menghilangkan bekas skandal atau tragedi leasing tersebut.
Aplikasi busuk dan aplikasi daging memang bisa terjadi dalam kurun waktu tertentu pada perusahaan finance manapun dan hal itu bagian keniscayaan yang wajib dihadapi. Yang terpenting adalah tetap menjaga hubungan dengan dealer meskipun kontribusi dealer yang negatif terhadap profit. Kondisi ini justru semakin mengajarkan finance agar lebih teliti dan cermat dalam melakukan analisa kredit terhadap customer. Semakin ketat dan prosedur analisis kredit tanpa deviasi (penyimpangan) kelengkapan dokumen customer secara berangsur-angsur customer yang dihasilkan akan semakin baik dan lancar proses kreditnya dan kondisi keuangan perusahaan juga akan kembali normal. Profit yang sebelumnya negatif alias tidak sebanding dengan beban operasional dan rate bunga dari investor atau bank terjadi perbaikan secara bertahap menuju kemajuan.
Keseimbangan antara jumlah aplikasi yang banyak masuk sebagai indikator performance marketing dengan tingkat kemacetan kredit (over due) yang rendah sebagai prestasi kerja collection merupakan kondisi finansial terbaik suatu leasing atau finance. Kondisi finansial perusahaan yang sehat itu terjadi karena kerja sama dan kerja keras semua bagian dalam mengelola account nasabah yang bagus dan kuat. Jadi apapun jenis aplkasi yang masuk selama tidak mempengaruhi profit atau merugikan perusahaan tetap dijalani dan diterima secara terbuka dengan tetap belajar memahami posisi dan keadaan perusahaan masing-masing agar semakin maju. Karena perusahaan yang menghasilkan profit tentu berpengaruh terhadap kesejahteraan para karyawan yang bekerja. Bonus dan insentif besar bakal menanti setiap akhir bulan gaji.
Tuesday, July 2, 2019
CERITA DILER DIBALIK APLIKASI KREDIT
Dunia diler otomotif secara luas banyak dikenal masyarakat melalui berbagai media massa seperti media elektronik dan media cetak dengan beragam produk-produk unggulannya. Penulis hanya akan membahas sisi lain dari sudut pandang dunia leasing dan finance. Mengingat posisi CMO yang wajib berhubungan dengan dunia otomotif yang ditampilkan oleh dealer-dealer tersebar di berbagai daerah. Peran dealer sebagai sumber informasi sekaligus pusat penjualan kendaraan bermotor menjadikan leasing bagian partner tak tergantikan. Perusahaan pembuat mobil atau motor sangat tergantung pada kinerja distributor-distributornya untuk memasarkan produk-produk kendaraan yang diproduksi secara berkala guna membantu masyarakat memenuhi kebutuhan transportasi massal.
Dealer juga menjadi ujung tombak kemajuan dan indikator kesuksesan pabrikan mobil dengan segala kelebihan dan keunggulan teknologinya. Seberapa banyak dan larisnya mobil-mobil yang terjual di pasaran menunjukan pabrikan mobil dengan produknya menjadi pilihan favorit customer. Terlepas dari kualitas kendaraan, kepuasan pemakai, teknologi transmisi dan performa mesin mobil hal itu cukup mewakili bahwa suatu merek dan jenis mobil tertentu tergolong merek andalan untuk penjualan paling laris. Customer memilih jenis mobil dan merek tertentu berdasarkan piihan-pilihan unggulan yang terbukti melalui tes drive, penggunaan dan pengalaman pemakai lainnya yang menjadi referensi utama dalam membeli mobil. Misalkan orang untuk kategori mobil mini multipurposes vehicle (MMPV) atau multipurpose Vehicle (MPV) lebih memilih Toyota Avanza – Kijang Innova dan Daihatsu Xenia dibanding tipe nissan grand livina, Honda freed atau Suzuki APV. Ternyata berdasarkan penuturan, pengalaman customer yang memakai tipe kendaraan tersebut lebih melihat efesiensi, ketangguhan dan ketersediaan spart part yang memadai di berbagai bengkel maupun diler dibanding merek lain yang justru jika dilihat dari harga dan kualitas jauh lebih tinggi seperti Honda Freed atau Mitsubishi Maven.
Sedangkan untuk kategori sport mengapa customer lebih memilih Honda New CRV atau Toyota Fortuner dibanding Nissan X-trail atau Suzuki Grand Vitara jika dilihat dari harga sangat kompetitif dan teknologi serta performa mesin cukup sebanding dan standar. Berdasarkan pengakuan beberapa pemilik kendaraan tersebut mengungkapkan bahwa merek dan reputasi perusahaan yang terkenal serta prestise tersendiri ketika mengendarai mobil sport dengan desain futuristik dan terlihat lebih garang dan elegan dalam persaingan kelas sport. Sebagian lain berpendapat jenis CRV dan Fortuner lebih prima dan lebih berkelas dibanding jenis setara dengan merek terkenal tersebut.
Dalam sudut pandang perusahaan leasing, produk jenis apapun yang ditawarkan dealer pihak finance tidak membedaka produk unggulan, mobil favorit, atau produk kelas medioker semacam KiA dan mobil-mobil pabrikan China semacam Geely tidaklah terlalu berpengaruh signifikan terhadap kualitas aplikasi nasabah yang masuk. Fokus perhatian utama perusahaan finance adalah jenis customer dan besarnya uang muka (DP) yang diajukan dealer pada finance atau leasing. Mengingat jenis kendaraan apapun yan dikendarai jika customer yang diajukan adalah tipe mafia mobil atau DP minim dari standar 20% harga jual mobil off the road akan sangat riskan terhadap kredit macet meskipun mobilnya tergolong best seller atau prospective selling seperti Toyota Innova dan Avanza atau daihatsu Xenia.
Begitu juga dengan produk yang kering jumlah penjualannya atau tergolong jarang peminatnya belum tentu tergolong jelek apilkasinya jika customer yang di masukan adala tipe awam meskipun DP atau uang muka yang ditawarkan sangat minim. Berkisar sekitar 15% dari harga jual mobil. Perbedaan kepentingan antara leasing dan dealer dalam melakukan aktivitas bisnisnya masing-masing terkadang menimbulkan dilema tersendiri bagi kedua belah pihak khususnya leasing. Betapa tidak ketika kondisi pasar sedang lesu, dealer lebih banyak mengajukan atau lebih tepatnya menjebak leasing dengan aplikasi-aplikasi busuk atau customer berjiwa mafia dibanding customer repeat order ( customer langganan) yang history payment (sejarah angsuran) nya bagus dan lancar. Solusi untuk menghadapi tipe dealer yang lebih bersifat menghancurkan reputasi dan mengurangi profit perusahaan tersebut adalah secara ekstrim menolak aplikasi busuk dengan penjelasan rasional atau jika meragukan jenis aplikasi kantor finance meminta semacam jaminan dealer bahwa aplikasi tergolong baik dengan beberapa prasyarat perjanjian yaitu mobil jika ditarik dari customer,dealer bersedia membeli kembali apapun kondisi mobilnya. Biasanya kasus seperti ini terjadi pada dealer mobil bekas atau showroom kecil yang terkenal di kawasan daerah masuk “daftar hitam” leasing karena banyaknya kasus kredit macet.
Wednesday, May 13, 2015
CMO DALAM JERATAN DILER
Thursday, May 7, 2015
CMO DIANTARA SALES DAN CUSTOMER
Monday, May 4, 2015
LIKA-LIKU CMO DALAM ANALIS KREDIT
Subscribe to:
Posts (Atom)