Wednesday, March 25, 2015

DARI PEMIKIR MENJADI PRAKTISI




 "Jika sebelumnya berparadigma pemikir, pengkritik dari luar serta anti-kemapanan dan sistemik mindset harus bergerak dan berpindah secara langsung dalam medan praktisi, aksi, inovasi dan kreativitas strategi marketing"



      Semua itu berawal dari uji coba tanpa berharap akan ada hasil atau tanggapan yang datang penulis mengekperimentasi kuadran dari pencipta pekerjaan ke pencari pekerjaan yang penuh spekulasi dan probabilitas. Akhirnya hasil itu menghempaskan penulis pada kuadran dunia sales marketing kartu kredit. Bekerja pada bagian marketing sales di suatu bank swasta dengan nama besarnya bagi sebagian orang mungkin prestasi atau kebanggan tersendiri tidak terkecuali bagi orang tuaku di rumah. Mereka beranggapan ketika anaknya diterima berkerja di tempat orang-orang berdasi, berkantor di lembaga perbankan adalah pertanda karir dan gaji yang didapat akan besar dan lebih dari cukup memenuhi kebutuhan nafkah bulanannya. Semua persepsi itu tidak sepenuhnya salah tetapi juga tidak selalu benar.
    Bank memiliki subdivisi atau bagian yang menopang eksistensi manajemen dan kapitalisasi organisasi. Diantara yang populer adalah teller, customer service, bagian security, bagian IT, bagian kredit dan giro, bagian marketing, administrasi, appraisal dan lain lain sebagainya. Strukturnya yang banyak dan kompleksnya menunjukkan bahwa bank merupakan jenis usaha yang melibatkan banyak unsur pendukung untuk membangun kapabilitas sebuah usaha. Sedangkan produk perbankan yang sering ditawarkan adalah simpan pinjam, investasi giro, tabungan, kartu kredit dan kartu debit. Diantara jenis layanan perbankan itu penulis menempati bagian kartu kredit. Jika ditilik secara dekat bagian kartu kredit merupakan motor perkembangan sebuah bank untuk mendapatkan nasabah sebanyak-banyaknya. Berawal dari fasilitas kartu kredit, nasabah akan mempercayakan investasi uang dan barang-barang berharganya ke bank yang sukses memikat hati nasabahnya melalui layanan kartu kredit. Artinya hidup mati sebuah bank tergantung pergerakan bagian kartu kredit yang profesional, militan dan handal.
     Jika tim marketing kartu kredit nya loyo, tidak bertenaga dan target penjualan yang di bawah standar, maka laju akselerasi banknya akan melambat, stagnan dan bahkan bisa mundur tergantung persaingan diantara kompetitor yang bertarung. Tetapi secara umum maju mundurnya sebuah bank tergantung usaha sendiri, manajemen dan inovasi yang dilakukan. Penulis yang sebelumnya berparadigma pemikir, pengkritik dari luar serta anti-kemapanan dan sistemik mindset harus bergerak dan berpindah secara langsung dalam medan praktisi, aksi, inovasi dan kreativitas strategi marketing. Dunia baru yang menuntut konsekuensi dan cara berkerja berbeda untuk beradptasi dan sukses menjalani kuadran baru self-employement meminjam bahasa Robert T Kiyosaki.
      Pergeseran kuadran berarti perubahan mindset dan cara bekerja, dari sekedar berpikir kritis, membaca ulang, menganalisa serta mensintesakan menjadi berekspreimen, berkreasi, bertindak nyata dan berlatih kerampilan praktis di lapangan menjadikan paradigma  berpikirnya pun ikut berubah menjadi pragmatis dan jangka pendek bukan idealis dan visioner. Tetapi paradigma ini tidak mutlak bersifat oposisi biner masih terjadi dialog, dialektika dan toleransi serta kompromi epistimologis untuk bergandengan dan saling mendukung guna mempertahankan hidup dari arus persaingan modern. Anggap hal ini sebagai lompatan quantum sementara untuk sebuah tujuan jangka panjang yang sudah ditentukan. Inilah episode untuk berpindah kuadran untuk mencapai mimpi yang mustahil sekalipun dimata orang.
      Dalam pandangan orang awam,menjadi pegawai bank tergolong profesi yang menjanjikan,tidak hanya dari segi karir tetapi juga pendapatan. Konon untuk sekelas pegawai teller min 3juta gaji bulanan fix take home pay dterima. Belum ditambah fasilitas insentif, tunjangan jabatan dan bonus rutin yang semakin menambah pundi-pundi pendapatan setiap pegawai tanpa memandang bagian apapun. Generalisasi persepsi seperti ini memang wajar bagi yang belum pernah mengenyam atau setidaknya mendengar langsung dari penuturan/pengakuan para pegawai bank yang bersangkutan. Padahal setiap jenis bank baik skala kecil menengah hingga besar maupun kapitalisasi modal yang berbeda serta beraneka macam menyebabkan pandangan major masyarakat terbantahkan sendiri.
    Jika tolak ukurnya adalah lembaga perbankan besar dan bereputasi dan jaringan cabang yang luas hingga mencapai pelosok desa atau kelurahan. Maka pandangan diatas tidak salah, karena mereka memang orang-orang pilihan, terbaik dari angkatannya yang diseleksi melalui serangkaian tes dan wawancara yang ketat dan cermat. Penulis merasakan aroma kompetisi itu ketika mengikuti walking interview pada perusahaan pembiayaan besar. 

No comments:

Post a Comment