KOMUNIKASI
PERSUASIF;BERBICARA DENGAN MEMIKAT
sumber gambar : kapanlagi.com |
sumber gambar : forum.detik.com |
Bekerja di
bank bagian marketing officer memang perlu daya tahan dan kreativitas serta
yang paling krusial adalah mau belajar dengan cepat kecakapan sosial dan emosi
diri. Life skill sebagai modal psikologis seorang marketer atau sales officer
menjadi tumpuan sekaligus senjata pamungkas melalui komunikasi persuasif dan kecerdasaan
interpersonal yang kuat. Semua perangkat soft skill seperti berbicara dengan
penuh perhatian, memperhatikan kebutuhan dan kepentingan customer serta tahu
harus mengendalikan suasana hati dan memecahkan kebuntuan komunikasi dalam hitungan
detik adalah nasehat para cluster manager sales yang pernah sukses menjual
produk perbankan dengan akumulasi aplikasi nasabah yang fantastis.
Credit card
adalah produk perbankan yang memiliki peran berbeda dan urgen dalam
progresifitas modal dan ekspansi sebuah bank tidak hanya bank skala kecil
tetapi bank besar dengan jaringan cabang dan ATM tersebar seluruh pelosok pun
harus mengandalkan tenaga penjualan kartu kredit sebagai otak ekspansi customer
sebanyak-banyaknya. Tidak salah jika kerjasama melalui outsourcing atau kemitraan
bilateral corporate to corporate dalam menjual fasilitas kartu kredit
menjadi pilihan strategis bank.
Berawal dari
interview kerja di bagian sales officer dengan seorang cluster manager sales,
terjadi pergeseran paradigma penulis dalam hitungan menit melalui diskusi
tentang prospek karir dan jenis pekerjaan yang dijalani. Sales officer adalah
petugas penjualan kartu kredit. Ya kartu kredit, istilah itu mengingatkan
penulis pada kejahatan pembobolan kartu kredit, pemalsuan kartu kredit dan
model security card yang dipakai dalam kartu kredit bank ini. Pandangan negatif
penulis terhadap kartu kredit yang mengajarkan hidup konsumtif, hedonis dan
hidup tidak hemat terbantahkan dengan logika entrepeneruship bank yang
disampaikan kepala manager pernjualan wilayah jateng-jogaja tersebut. Ya dalam
hitungan beberapa jam saya berubah perspektif tentang dunia kartu kredit, bahwa
kartu kredit bisa digunakan sebagai modal usaha progresif yang dapat ditunaikan
secara cepat dalam jumlah besar. Bahkan bisa tanpa suku bunga jika tagihan
kartu kredit dapat dilunasi secara tunai sebelum tanggal jatuh tempo
pembayaran. Alias gratis tanpa biaya apapun.
Inilah justru
peluang bagi para entrepenuer, pengusaha, bisnisman dan segala jenis usaha yang
kekurangan modal untuk memakai pinjaman modal secara tunai berupa kartu kredit.
Sekali lagi, penulis menangkap double carrir oppotunity disini. Pertama,
penulis dapat mengenal seluk beluk dunia perbankan melalui dunia kartu kredit,
kedua penulis dapat berperan menjadi customer kelak jika sudah matang untuk
membuat kartu kredit guna mengembangkan bisnis penerbitan dan percetakan yang
kelak akan dirintis jika sudah siap secara finansial dan epistimologis. Kedua
kesempatan emas itu muncul secara ganda di bank dan customer. Justru customer
adalah peluang untuk memperluas jaringan pengusaha, relasi dan pengalaman
bisnis dari para customer besar yang cerdas dan sensitif kartu kredit.
Dalam internal
perusahaan kemitraan antara tenaga profesional dari perusahaan human resource
dan bank, Saya termasuk dalam sistem penjualan kartu kredit yang baru mengenal
tidak kurang 3 hari lalu, dengan dinamika kompetisi yang terbentuk secara
elegan dan profesional tetapi ritme kerja yang terjaga secara nyaman, positif
dan konstruktif. Terkadang sesama sales officer saling berbagi pengalaman,
ilmu dan strategi menaklukan calon nasabah agar tertarik dan bergabung dalam
bank credit card center kita. Banyak cara dilakukan untuk mengenjot perolehan
nasabah secara massif tanpa kehilangan kejenuhan dan kebuntuan akal yang mudah
meledak ketika kegagalan demi kegagalan menghinggap.
Penulis
merasakan itu pertama kali masuk kerja dan menelpon pertama, kedua hingga
puluhan no telpon calon nasabah yang semuanya tidak ada yang berhasil
terhubung, meskipun noemrnya aktif, tidak diangkat , diangkat ternyata orang
yang disebrang sana tidak ada dan segala problem respon nasabah yang langsung
menembak dengan bahasa ”nanti aja mas”, ”maaf mas sedang sibuk telpon besok aja
”, ”maaf mas saya sudah punya kartu kredit semua”, bahkan lebih ekstrim lagi
ada calon nasabah yang langsung menukik dengan tendangan suara yang cukup bikin
telinga kita memerah dan emosi ” bisa gratis iuran kartu kredit selamanya gak,
jika tidak saya tidak mau mas!”.
Sekian respon
itu baik secara rutin maupun simultan dalam rentang menit ke menit mengubah
mood dan semangat kita untuk terus berpacu dengan waktu, mengejar nasabah
bagaimanapun caranya, baik dengan telpon kantor maupun dengan pulsa pribadi. Karena memang
komunikasi lewat telpon atau handphone sebagai satu-satunya alat penghubung
utama menuju kesepakatan aplikasi calon nasabah kartu kredit. Itulah jenis
komunikasi persuasif dengan medium yang berbeda yang harus saya pelajari dan
latih setiap hari, melawan kejenuhan dan rutinitas selain musuh diri sendiri
yang selalu menghambat, mudah menyerah dan memperlambat daya juang penulis.
Komunikasi
persuasif dapat disederhanakan sebagai koomunikasi yang ditujukan untuk
mendapat perhatian, membujuk, merayu dan mengendalikan pembicaraan agar orang
yang mengikuti apa yang kita lakukan, yakinkan dengan memikat. Atau lebih
konkret lagi adalah berbicara dengan memikat untuk mengikat hati lawan bicara
kita. Dalam konteks sales officer berarti lawan bicara kita adalah customer,
pelanggan atau nasabah. Itulah ketrampilan psikologis sekaligus sosial yang
menentukan sukses atau gagalnya para sales officer dalam menjualkan kartu
kredit.
Perbedaan
komunikasi persuasif sales officer dengan komunikasi secara konvensional adalah
media komunikasinya. Jika media sales officer berkomunikasi dengan lawan
bicaranya via telpon atau komunikasi jarak jauh, sedangkan komunikasi persuasif
yang biasa kita pahami adalah berhadapan langsung, secara fisik dalam satu
tempat, face to face. Sehingga psikologi perilaku dan mimik respons dapat
ditangkap secara cepat, refleks dan mudah dikenali aneka macam bentuknya. Mulai
dari kontak mata yang penuh perhatian, bahasa tubuh yang menolak kehadiran kita
atau terganggu dengan kedatangan dan kesan pertama performance kita yang kurang
menarik dan persuasif membuat customer berubah pikiran secara cepat dan tanpa
diduga. Semua problem itu bisa dipelajari secara intens melalui latihan,
latihan dan latihan komunikasi verbal dan no-verbal tapi bila melalui media
telpon, handphone yang terpisah jauh dari ruang yang berbeda maka kesulitan
sekaligus tantangannya sangat berbeda.
Disinilah
peluang dan kesempatan dari kesulitan itu muncul membuat pikiran, pengalaman
dan pengetahuan harus diputar cepat, belajar dengan sigap dan cerdas untuk
menaklukan problem media komunikasi yang secara kasat mata tidak terlihat
tetapi riil terjadi komunikasi dua arah antar manusia. Pada dasarnya sama,
begitu manager sales penulis mengawali nasehat ampuhnya. ”berbicara lah dengan
suara hati yang tenang dan tidak tergesa-gesa, berbicaralah dengan penuh
perhatian dan penghormatan, layanilah customer seperti raja yang harus dilayani
semua kebutuhan dan keinginnannya. Meskipun cara bicara customer keras atau pun
kasar kita harus tetap berbicara dengan santun, penuh simpati dan empatik
meskipun tetap hati terdalam kita begitu marah dan emosional, berbicara dengan
customer yang rewel, banyak permintaan dan basa-basi harus ditanggapi dengan
cerdas dan elegan tanpa menyakitinya!”. pesan yang menyejukkan dan realistis.
Benar juga
bahwa manusia pada dasarnya meminjam bahasa abraham maslow manusia berkebutuhan
dan tendensi masing-masing,jika kebutuhan fisiologis, rasa aman, dianggap
penting dan eksis terpenuhi maka kebutuhan aktualisasi diri sebagai perwujudan
kebutuhan sosialnya perlu diperhatikan, salah satu bentuknya adalah dengan komunikasi
santun dan simpatik kepada nasabah, bagaimanapun kondisi hati kita mau sedang
sedih, senang ataupun banyak masalah yang dihadapi. Tetap profesional dan
berdedikasi terhadap pekerjaan maka reputasi dan popularitas tinggal menunggu
waktu.
No comments:
Post a Comment