"Kartu kredit ibarat pisau bermata dua, bisa mensejahterakan namun bisa membuat miskin dan bangkrut seseorang karena perilaku ekonomi yang tidak sehat"
sumber gambar : mafiakartukredit.com |
Sebagian
masyarakat tentu sudah paham mengenai bisnis ’kartu kredit’ tetapi tidak semua
orang mengerti fungsi dan manfaat lebihnya dari kartu kredit. Kartu kredit bagi
pemahaman orang adalah semacam kartu untuk membelanjakan barang sesuka hati,
lalu setelah habis tinggal mengangsur setiap bulannya tagihan rekeningnya.
Kartu kredit menawarkan beragam kemudahan untuk melakukan aktivitas ekonomi,
memenuhi gaya hidup maupun kebutuhan sehari-hari. Aktivitas membayar tagihan
telpon, rekening listrik, rekening air bersih, internet dan tagihan bulanan
lainnya yang cukup menggesekan atau mendekatkan kartu kredit kita dengan mesin
debet yang tersebar diberbagai merchant-merchant, outlet-outlet maupun ATM bank
lainnya. Semua kemudahan dan kenyamanan berbelanja, tarik uang tunai dan segala
keinginan itu memang dapat diwujudkan dengan kartu kredit.
Mindset
kartu kredit orang yang memanfaatkannya untuk belanja maupun sekedar mengikuti
trend atau menyamakan status sosial memang tidak dapat disalahkan, semakin
banyak kartu kredit kita semakin besar dan tinggi status sosial kita diantara
rekan kerja maupun relasi komunitas urban menjadikan kita ’kartu kredit’
pengungkit derajat dan nilai diri kita. Sayangnya gaya hidup konsumtif dan
materialis ini memperburuk citra dan reputasi keberadaan dan fungsi positif
kartu kredit. Kartu kredit ibarat pisau bermata dua, bisa mensejahterakan namun
bisa membuat miskin dan bangkrut seseorang karena perilaku ekonomi yang tidak
sehat. Kartu kredit dapat menyejahterakan pemiliknya jika ’pinjaman modal besar
cash’ ini digunakan untuk memperluas jenis usahanya, mempercepat kapitalisasi
modal kita agar cepat maju dan balik modal sesegera mungkin.
Bahkan
bila perlu dapat mengembalikan pemakaian dana kredit sebelum tanggal jatuh
tempo tagihan kartunya. Sehingga tidak ada bunga pinjaman atau biaya kartu
kredit lainnya. Cara seperti ini banyak dimanfaatkan para pengusaha grosiran
yang memiliki jaringan usaha dan distributor luas sehingga secara cepat dapat
memperoleh modal usaha dalam waktu tidak lama. Para pialang saham juga sesekali
memanfaatkan kartu kredit untuk berspekulasi dalam bisnis investasi jual beli
saham. Karena peluang untung besar yang cepat dalam hitungan hari dapat melipatgandakan
harga saham simpananya sehingga dapat dijual ketika harganya naik. Semua itu
bisa dilakukan cukup dengan satu kartu dengan limit pinjaman sesuai keinginan
dan kondisi kita.
Pada
intinya siapapun bisa hidup produktif, maju dan bebas finansial dengan
penggunaan kartu kredit yang benar, kompetitif dan sehat bukan sekedar memenuhi
gaya hidup konsumtif kita tetapi menjadikan sebagai sumber perputaran uang yang
cepat menghasilkan keuntungan bagi kita. Ada berbagai cara untuk mendapatkan
kartu kredit dengan limit kredit sesuai dengan keinginan kita. Kerja sama
antara pihak card officer dengan calon nasabah kartu kredit untuk memanipulasi
data merupakan hal biasa dalam pengajuan aplikasi kartu kredit.
Biasanya
pihak nasabah menginginkan limit kartunya sekian ratus juta padahal jenis
pendapatan atau penghasilannya tidak memenuhi syarat untuk kisaran limit
tersebut, agen penjualan kartu kredit tinggal mengisikan nominal penghasilan
yang diharapkan dapat disetujuinya limit uang aplikasi sesuai keinginan tanpa
kekhawatiran nanti bakal ketahuan berbuat tidak benar atau tidak sanggup
melunasi tagihan rekening kartu. Asalkan nasabah tahu resiko dan konsekuensi
dari perbuatannya, pihak agen penjualan hanya memenuhi permintaan nasabah. Agen
atau petugas pembuat aplikasi tidak bertanggung jawab terhadap penggunaan kartu
karena semua ditanggung sendiri oleh nasabah. Beruntungnya diantara sekian
persentase nasabah ketahuan atau reject( kegagalan) aplikasi kartu kredit
akibat data penghasilan atau pendapatan yang fiktif atau tidak benar. Kabar
baik bagi nasabah adalah dia hanya dikonfirmasi ulang via phone oleh card
center pusat yang menanyakan kebenaran data yang diisikannya tidak sampai harus
survey secara empiris ke lapangan atau ke pihak nasabah untuk memastikan valid
atau tidaknya data yang etrtera dalam berkas pengajuan aplikasi.
Celah pada
prosedur manajemen aplikasi kartu kredit yang rawan pemalsuan, penipuan, pembobolan
kartu kredit atau pun modus manipulasi data penghasilan ini sudah terjadi
sekian lama. Bahkan sudah bukan rahasia umum bagi para pemilik kartu kredit
yang sukses memiliki puluhan kartu kredit dengan limit besar mencapai ratusan
juta bahkan miliaran cukup memanfaatkan ’data penghasilan’ berkonspirasi dengan
petugas penjualan kartu agar dimudahkan proses pengajuannya. Tetapi tidak semua
orang melakukan sisi buruk dunia marketing kartu kredit. Masih banyak orang
yang melalui prosedur yang benar, sesuai dengan aturan dan tidak menyalahi
manajemen aplikasi kartu kredit. Karena biasanya card center memiliki track
record billing payment (catatan tagihan rekening) data nasabah yang masuk
dalam kartu kredit bank lainnya. Sehingga manipulasi data atau cara kotor
apapun mudah dideteksi secara akurat dan tepat melalui catatan tagihan
kartunya.
Pada
akhirnya kembali kepada orang yang memanfaatkan kartu kredit apakah hanya untuk
memenuhi nafsu belanja yang tidak sehat, tidak terkontrol sehingga membuat
bangkrut atau menciptakan peluang usaha baru yang dapat mempercepat ekspansi
usaha sekaligus perputaran uang sehingga dapat digunakan untuk sumber modal
usaha yang cukup potensial untuk digunakan kapanpun dan dimanapun. Sangat
berbahaya jika tidak tahu fungsi dan manfaat yang didapatkan dari kartu kredit,
sebelum kita mengajukan aplikasi kartu kredit. Karena gaya hidupnya tidak
mendukung keadaan finansialnya yang sehat. Justru akan terjebak pada keinginan
yang tak terbatas sehingga tagihan kartu membengkak dan memberatkan kondisi
ekonomi kita. Jadi sebelum mengajukan aplikasi kartu, pastikan anda tahu
kegunaan dan tujuan anda pemanfaatannya kelak.
”hidup
kaya raya dengan kartu kredit, kenapa tidak?”, semoga sukses dari sang
konsultan kartu kredit!.
No comments:
Post a Comment